Prasasti Tuk Mas
(harafiah berarti "mata air emas") adalah sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam besar yang berdiri di dekat suatu mata air, yang ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang. Prasasti Tuk Mas dipahat dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta. Bentuk aksaranya lebih muda daripada aksara masa Purnawarman, dan diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 M.
Aksara prasasti ini sudah banyak yang rusak. Namun bagian yang masih dapat dibaca antara lain menyebutkan adanya sebuah sungai yang mengalir bagaikan Sungai Gangga di India. Pada prasasti ini terdapat pula lukisan alat-alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga tunjung.
Prasasti Sojomerto
merupakan peninggalan Wangsa Sailendra (dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya) yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini tidak menyebutkan angka tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi.
Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan tinggi 78 cm. Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian barisnya rusak terkikis usia.
Candi Bubrah
terdapat
di desa Tempur, Kecamatan Tempur,
Kabupaten Jepara. Candi Bubrah adalah candi yang belum di ketahui
asal muasal dan siapa pembuatnya serta pada zaman kapan candi bubrah di buat.
Lokasi
Berjarak sekitar 2 km ke arah puncak, Candi Bubrah
bisa dilihat berada di sisi kiri jalur pendakian. Bangunan ini terdiri dari dua
kelompok. Satu kelompok di bagian yang lebih rendah, dan satu kelompok lagi
berada di bagian yang lebih tinggi. Sedangkan Candi Angin
sendiri, dengan bentuk dan karakter yang sama seperti candi Bubar berada di
puncak.
Didirikan
Candi Bubrah dilihat dari bentuk dan bahan yang
digunakan, besar kemungkinan candi ini dibuat pada zaman sebelum Candi
Borobudur dibagun. Dari susunan batu, jelas ini buatan manusia pada zaman
lampau. Untuk maksud apa, ini yang perlu diteliti,’’ ujar Kasi Budaya dan
Pendidikan Luar Sekolah, P dan K Jepara, Wendar Arinugroho, saat meninjau
langsung situs bersejarah ini
Candi Anginterdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Candi Angin menyimpan teka-teki yang belum terpecahkan, siapa pendirinya dan di zaman kapan.
No comments:
Post a Comment